Setelah kita mengetahui arti dan keunggulan dari beton pracetak tentu kita juga ingin tahu sejarahnya bukan? berikut opini dari dua sumber mengenai sejarah perkembangan beton pracetak.
πππππππ
- Sumber : https://tekniksipilblog006.wordpress.com/2016/10/02/makalah-beton-precast/
Beton adalah material konstruksi yang
banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain
seperti kayu dan baja. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian
dalam sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama
dan kurang bersih, kontrol kualitas yang sulit ditingkatkan serta
bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama
semakin mahal dan langka.
Sistem beton pracetak adalah metode
konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era sekarang ini. Pada
dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di
permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi) untuk
disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi).
Sistem pracetak jaman modern
berkembang mula-mula di Negara Eropa. Struktur pracetak pertama kali
digunakan adalah sebagai balok beton precetak untuk Casino di Biarritz,
yang dibangun oleh kontraktor Coignet, Paris 1891. Pondasi beton
bertulang diperkenalkan oleh sebuah perusahaan Jerman, Wayss &
Freytag di Hamburg dan mulai digunakan tahun 1906. Th 1912 beberapa
bangunan bertingkat menggunakan sistem pracetak berbentuk
komponenkomponen, seperti dinding, kolom dan lantai yang diperkenalkan
oleh John.E.Conzelmann. Struktur komponen pracetak beton bertulang juga
diperkenalkan di Jerman oleh Philip Holzmann AG, Dyckerhoff &
Widmann G Wayss & Freytag KG, Prteussag, Loser dll.
Sistem pracetak tahan gempa
dipelopori pengembangannya di Selandia Baru. Amerika dan Jepang yang
dikenal sebagai Negara maju di dunia, ternyata baru melakukan penelitian
intensif tentang sistem pracetak tahan gempa pada tahun 1991. Dengan
membuat program penelitian bersama yang dinamakan PRESS (Precast Seismic Structure System).
Indonesia telah mengenal sistem
pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan,
kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem pracetak semakin
berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem
Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing
Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999),
Sistem Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).
- Sumber : http://digilib.unila.ac.id/2094/7/BAB%20I.pdf
Sistem
beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era
ini. Pada dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di
permukaan tanah (pabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi) untuk disusun
menjadi suatu struktur utuh (ereksi). (Ikbal Batubara,2012).
Menurut Wulfram I. Ervianto,2006 untuk penggunaan
beton precastpada konstruksi bangunan, efisisiensi penggunaan beton precastdibandingan
dengan konvesional darisegi aspek biaya mampu mereduksi biaya hingga 10%,
sedangkan dari segi aspek waktu mampu mereduksi waktu konstruksi sampai 50% dan
kualitas mutu beton yang lebih baik dibandingkan dengan metode konvesional.Indonesia
telah mengenal system pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang,
balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem pracetak
semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem Column
Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997),
Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka
(1999) dan sistem T-Cap (2000).
Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di
Indonesia, baik yang sistem dikembangan didalam negeri maupun didatangkan dari
luar negeri. (Ikbal Batubara,2012).
Perkembangan ini didukung oleh perusahaan spesialis
beton precast yang memproduksi dan mensuplainya. Seiring dengan persaingan yang
semakin kompetitif, maka perusahaan akan menetapkan suatu standarisasi mutu
secara keseluruhan yang mampu menghasilkan produk yang kualitasnya dapat memuaskan
konsumen. Salah satu perusahaan spesialisbeton precast adalah PT. WIKA Beton yang
menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 sebagai standar produk beton precast
yang diproduksinya.
Salah satu standar mutu yang telah diakui banyak
kalangan bisnis adalah standar ISO9001:2008. Sertifikat ISO 9001:2008 merupakan
sertifikat yang menandakan bahwa perusahaan telah dinilai dan hasilnya telah memenuhi
persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar dari ISO. ISO 9001:2008 tidak
hanya merupakan jaminan tentang produk, tetapi juga terhadap seluruh proses
produksinya mulai dari pemilihan bahan baku, sumber daya manusia,pengelolahan,
peralatan sampai dengan pembuangan limbah industri (Reko Handoyo,2012).
Berangkat dari uraian di atas, dengan semakin
meningkatnya pembangunan konstruksi yang menggunakan beton precast maka perusahaan
beton precast akan memastikan mutu produknya sebagai jaminan bahwa beton
pracetak memiliki kualitas beton yang lebih baik dari pada produk beton yang menggunakan
metode cast in place, sehingga dapat memuaskan konsumen.
SEMOGA BERMANFAATπ