Bahan tambah,
additive dan admixture adalah bahan selain semen, agregat dan air yang
ditambahkan pada adukan beton, sebelum
atau selama pengadukan beton
untuk mengubah sifat
beton sesuai dengan keinginan
perencana. Penambahan
additive atau admixture
tersebut ke dalam
campuran beton ternyata
telah terbukti meningkatkan kinerja
beton hampir disemua
aspeknya, yaitu kekuatan,
kemudahan pengerjaan, keawetan
dan kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi tuntutan teknologi konstruksi
modern. Mengacu pada klasifikasi ASTM C494-82, dikenal beberapa jenis admixture
sebagai berikut :
a. Tipe A : Water
Reducer (WR) atau plasticizer.
Bahan kimia tambahan
untuk mengurangi jumlah
air yang digunakan.
Dengan pemakaian bahan ini
diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan
adukan yang sama, atau diperoleh kekentalan adukan lebih encer pada faktor air
semen yang sama.
b. Tipe B : Retarder
Bahan kimia untuk
memperlambat proses ikatan
beton. Bahan ini
diperlukan apabila dibutuhkan waktiu
yang cukup lama
antara
pencampuran/pengadukan beton dengan penuangan adukan. Atau dimana jarak
antara tempat pengadukan betondan tempat penuangan adukan cukup jauh.
c. Tipe C : Accelerator
Bahan kimia untuk mempercepat proses
ikatan dan pengerasan
beton. Bahan ini digunakan
jika penuangan adukan
dilakukan dibawah permukaan
air, atau pada
struktur beton yang memerlukan
pengerasan segera.
d. Tipe D : Water Reducer
Retarder (WRR)
Bahan kimia tambahn berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan
memperlambat proses ikatan.
e. Tipe E : Water Reducer
Accelerator
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda
yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat proses ikatan.
f. Tipe F : High Range Water
Reducer (Superplasticizer)
Bahan kimia yang
berfungsi mengurangi air
sampai 12 % atau
bahkan lebih. Penjelasan
mengenai
superplasticizer akan dibahas lebih lanjut.
g. Tipe G : High Range Water
Reducer (HRWR)
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda
yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.
Bahan kimia tambahan
biasanya dimasukkan dalam
campuran beton dalam
jumlah yang relatif kecil
dibandingkan dengan bahan-bahan
utama, maka tingkatan
kontrolnya harus lebih besar daripada pekerjaan beton biasa. Hal ini
untuk menjamin agar tidak terjadi kelebihan dosis, karena dosis yang berlebihan
akan bisa mengakibatkan menurunnya
kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi
bisa menimbulkan kerusakan pada beton.
Menurut ASTM C494 dan British Standard 5075, Superplasticizer adalah bahan
kimia tambahan pengurang air
yang sangat effektif.
Dengan pemakaian bahan
tambahan ini diperoleh
adukan dengan faktor air
semen lebih rendah
pada nilai kekentalan
adukan yang sama
atau diperoleh adukan dengan
kekentalan lebih encer dengan
faktor air semen
yang sama, sehingga
kuat tekan beton lebih tinggi.
Superplasticizer juga mempunyai pengaruh yang
besar dalam meningkatkan
workabilitas bahan ini merupakan
sarana untuk menghasilkan
beton mengalir tanpa
terjadi pemisahan
(segregasi/bleeding) yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang
besar, maka bahan ini berguna untuk pencetakan beton
ditempat-tempat yang sulit
seperti tempat pada
penulangan yang rapat. Superplasticizer dapat
memperbaiki workabilitas namun
tidak berpengaruh besar
dalam meningkatkan kuat tekan beton
untuk faktor air
semen yang diberikan. Namun kegunaan superplasticizer untuk beton
mutu tinggi secara umum
sangat berhubungan dengan pengurangan jumlah air dalam campuran beton.
Pengurangan ini tergantung dari kandungan air yang digunakan, dosis dan tipe
dari superplasticizer yang dipakai. (L. J. Parrot,1998).
Untuk meningkatkan workability
campuran beton, penggunaan
dosis superplasticizer secara normal berkisar antara 1-3 liter tiap
1 meter kubik beton. Larutan superplasticizer terdiri dari 40% material aktif.
Ketika superplasticizer digunakan
untuk menguarangi jumlah
air, dosis yang digunakan akan lebih besar, 5 sampai 20
liter tiap 1 meter kubik beton.(Neville, 1995)
Menurut (Edward G Nawy, 1996). Superplasticizer dibedakan menjadi 4 jenis :
1. Modifikasi Lignosulfonat tanpa
kandungan klorida. xxvi
2. Kondensasi Sulfonat Melamine
Formaldehyde (SMF) dengan
kandungan klorida sebesar 0.005%
3. Kondensasi Sulfonat Nephtalene
Formaldehyde (SNF) dengan
kandungan klorida yang diabaikan.
4. Carboxyl acrylic ester copolymer.
Jenis SMF dan
SNF yang disebut
garam sulfonik lebih
sering digunakan karena
lebih effektif dalam mendispersikan butiran
semen, juga mengandung
unsur-unsur yang memperlambat pengerasan.
Superplasticizer adalah zat-zat polymer organik yang dapat larut dalam
air yang telah
dipersatukan dengan mengunakan proses polymerisasi yang komplek untuk
menghasilkan molekul-molekul panjang dari massa molecular yang tinggi.
Molekul-molekul panjang ini akan membungkus diri mengelilingi partikel semen
dan memberikan pengaruh negatif yang tinggi sehingga antar partikel semen akan
saling menjauh dan menolak. Hal ini akan menimbulkan pendispersian partikel
semen sehingga mengakibatkan keenceran adukan dan meningkatkan workabilitas.
Perbaikan workabilitas ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan beton dengan
workability yang tinggi atau menghasilkan beton dengan kuat tekan yang tinggi.
(sumber : http://civilcomm.blogspot.co.id/2013/01/bahan-additif-dalam-campuran-beton.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar