Pondasi merupakan komponen/ struktur
paling bawah dari sebuah bangunan, meski tidak terlihat secara langsung saat
bangunan sudah selesai, namun secara fungsi struktur, keberadaan pondasi tidak
boleh terabaikan. Perlu perencanaan yang matang, karena salah satu faktor yang
mempengaruhi keawetan atau keamanan bangunan adalah pondasi.
Dalam menentukan jenis, ukuran, dan
konstruksi pondasi harus memperhatikan jenis bangunan, beban bangunan,
kondisi tanah, dan faktor-faktor lain yang berpengaruh secara langsung maupun
tidak langsung. Karena fungsi pondasi adalah sebagai perantara untuk
meneruskan beban struktur yang ada di atas muka tanah dan gaya-gaya lain yang
bekerja ke tanah pendukung bangunan tersebut. Dengan demikian, sebaiknya
perlu perhitungan matang dan tidak hanya berdasar kebiasaan setempat.
Karena sering ditemui, banyak yang membuat rumah hanya didasari dari kebiasaan
masyarakat.
Sebagai contoh: Sebuah
rumah sudah mengalami retak pada dindingnya, padahal konstruksinya sudah sangat
kuat, mulai dari sloof, kolom, dinding, semua menggunakan konstruksi yang kuat.
Tapi ada yang terlupakan, tanah yang dipergunakan untuk membangun rumah saat
ini adalah bekas sawah, sehingga kondisi tanah belum stabil, sedangkan pondasi
yang digunakan adalah pondasi yang biasa digunakan diwilayah tersebut.
Pondasi dibedakan menjadi dua macam,
yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Seperti sebagai berikut:
1. Pondasi dangkal
1. Pondasi dangkal
Jenis pondasi dangkal kedalaman
masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa meter masuknya ke dalam
tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang
biasa pada rumah-rumah,dibuat dari beton atau pasangan batu, meneruskan beban
dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras. Berikut yang termasuk pondasi
dangkal diantaranya:
Pondasi Umpak.
Biasanya jenis pondasi ini digunakan pada rumah adat, rumah kayu, atau rumah
tradisional jaman dulu.
Pondasi Batu Bata / rollag bata. Jenis pondasi yang dibuat dengan bahan dasar batu
bata. Dalam pemasangannya disusun sedemikian rupa sehingga dapat menahan berat
bangunan yang ada di atasnya dan meneruskanya ke tanah. Pada awalnya pondasi rollag bata
merupakan pondasi yang diaplikasikan untuk menopang berat beban pada bangunan.
Namun, pada saat ini pondasi rollag bata telah lama ditinggalkan.Selain mahal,
pemasangannya pun membutuhkan waktu yang lama serta tidak memiliki kekuatan
yang bisa diandalkan. Akan tetapi, pondasi ini tetap digunakan untuk menahan
beban ringan, misalnya pada teras.
Pondasi Batu Kali.
Jenis pondasi yang bahan dasarnya batu kali. Pondasi batu kali sering kita
temuin pada bangunan – bangunan rumah tinggal.Pondasi ini masih
digunakan, karena selain kuat, pondasi ini pun masih termasuk murah.Bentuknya
yang trapesium dengan ukuran tinggi 60 – 80 Cm, lebar pondasi
bawah 60 – 80 Cm dan lebar pondasi atas 25 – 30 Cm. Bahan lain
yang murah sebagai alternatif pengganti pondasi batu kali adalah memanfaatkan
bongkaran bekas pondasi tiang pancang ( Bore Pile ) atau beton bongkaran
jalan. Bekas bongkaran tersebut cukup kuat digunakan untuk pondasi, sebab
mutu beton yang digunakan ialah K-250 s/d K-300.Permukaannya yang tajam dan
kasar mampu mengikat adukukan semen dan pasir.Bila dibandingkan dengan pondasi
rollag bata, tentu bongkaran bekas beton jauh lebih kuat. Ukurannya rata – rata
30 x 30 cm.
Pondasi bor mini (Strauss Pile). Pondasi bor mini atau strauss pile ini digunakan pada
kondisi tanah yang jelek, seperti bekas empang atau rawa yang lapisan tanah
kerasnya berada jauh dari permukaan tanah.Pondasi ini bisa digunakan
untuk rumah tinggal sederhna atau bangunan dua lantai. Kedalamannya 2 – 5
meter. Ukuran diameter pondasi mulai dari 20, 30 dan 40 Cm. Pengerjaannya
dengan mesin bor atau secara manual.Di atas pondasi bor mini ada blok beton (
pile cap ).Pile cap ini merupakan media untuk mengikat kolom dengan sloof.
Pondasi Telapak/ Footplat
Dll
2. PONDASI TIANG PANCANG
Jenis pondasi dalam digunakan untuk
menyalurkan beban bangunan melewati lapisan tanah yang lemah di bagian atas ke
lapisan bawah yang lebih keras. Contohnya antara lain tiang pancang, tiang bor,
kaison, dan semacamnya. Penyebutannya dapat berbeda-beda tergantung
disiplin ilmu atau pasarannya. Sebagai bagian dari pondasi dalam diantaranya:
Pondasi tiang pancang (driven pile). Tiang pancang pada dasarnya sama dengan bore pile,
hanya sja yang membedakan bahan dasarnya.Tiang pancang menggunakan beton jadi
yang langsung ditancapkan langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang.Karena
ujung tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang
tidak memerlukan proses pengeboran.
Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi yang kedalamannya lebih dari 2
meter.Digunakan untuk pondasi bangunan – bangunan tinggi.Sebelum memasang
bore pile, permukaan tanah dibor terlebih dahulu dengan menggunakan mesin
bor. Hingga menemukan daya dukung tanah yang sangat kuat untuk menopang pondasi.Setelah
itu tulang besi dimasukan kedalam permukaaan tanah yang telah dibor, kemudian
dicor dengan beton.Pondasi ini berdiameter 20 Cm keatas.Dan biasanya
pondasi ini terdiri dari 2 atau lebih yang diatasnya terdapat pile cap.
Pondasi didesain agar memiliki
kapasitas dukung dengan penurunan / settlement tertentu oleh para Insinyur
geoteknik dan struktur. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan
daya dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi / lendutan
pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang
diperhitungkan biasanya penurunan total (keseluruhan bagian pondasi turun
bersama-sama) dan penurunan diferensial (sebagian pondasi saja yang turun
/ miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang didukungnya.
Daya
dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap
pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya,
kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga
pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan
yang terjadi didalamnya amatlah
sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang
bekerja hanya boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya. Beban yang
bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi:
Beban horizontal/beban geser, contohnya
beban akibat gaya tekan tanah, transfer beban akibat gaya angin pada dinding.
Gaya gempa
Gaya angkat air
3. SLOOF
Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi
bangunan. Sloof berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas ke
pondasi, sehingga beban yang tersalurkan setiap titik di pondasi tersebar
merata. Selain itu sloof juga berfungsi sebagai pengunci dinding dan
kolom agar tidak roboh apabila terjadi pergerakan tanah. Sebagai tambahan pada
sloof, untuk bangunan tahan terhadap gempa maka disempurnakan pada ikatan
antara sloof dengan pondasi yaitu dengan memberikan angker dengan beri diameter
12 mm dengan jarak 1,5 meter. namun angka ini dapat berubah untuk bangunan yang
lebih besar atau bangunan bertingkat banyak. Secara singkat, Sloof adalah beton
bertulang yang diletakkan secara horisontal di atas pondasi.
Sehingga setiap beban yang diterima
suatu kolom, akan tersebar merata pada seluruh pondasi. Selain itu, sloof
berfungsi sebagai pengikat antara dinding pondasi dengan kolom. Dimensi sloof
yang sering digunakan pada bangunan rumah tinggal lantai satu , lebar 15 cm,
tinggi 20 cm, besi beton tulangan utama menggunakan 4 buah diameter 10 mm (4 d
10 ) sedangkan untuk begel menggunakan diameter 8 mm berjarak 15 cm ( d 8 – 15).Dibawah
ini gamabar sloof untuk bangunan rumah tinggal lantai satu. Secara garis besar
sloof merupakan bagian dari beton bertulang yang diletakkan secara horizontal
di atas pondasi. Sloof biasanya terbuat dari konstruksi beton bertulang.
Namun berdasarkan konstruksinya ada beberapa macam sloof , antara lain :
1.
Konstruksi Sloof dari Kayu. Pada
konstruksi rumah panggung dengan pondasi tiang kayu (misalnya di atas pondasi
setempat), sloof dapat dibentuk sebagai balok pengapit. Jika sloof dari
kayu terletak di atas pondasi lajur dari batu atau beton, maka dipilih balok
tunggal.
2.
Konstruksi Sloof dari Batu Bata.
Rolag dibuat dari susunan batu bata yang dipasang secara melintang dan yang
diikat dengan adukan pasangan ((1 bagian portland semen : 4 bagian
pasir). Konstruksi rolag tidak memenuhi syarat untuk membagi beban.
3.
Konstruksi Sloof dari Beton
Bertulang. Konstruksi sloof ini dapat digunakan di atas pondasi batu kali
apabila pondasi tersebut dimaksudkan untuk bangunan tidak bertingkat dengan
perlengkapan kolom praktis pada jarak dinding kurang lebih 3 m. Ukuran lebar /
tinggi sloof beton bertulang adalah >15 / 20 cm.
Konstruksi sloof dari beton
bertulang juga dapat dimanfaatkan sebagai balok pengikat pada pondasi
tiang. Adapun fungsi sloof adalah sebagai berikut :
·
Sebagai pengikat kolom.
·
Meratakan gaya beban dinding ke
pondasi
·
Menahan gaya beban dinding.
·
Sebagai balok penahan gaya reaksi
tanah yang disalurkan dari pondasi lajur.
4. KOLOM
Kolom adalah batang tekan vertikal
dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu
elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan,
sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total
(total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan
kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga
beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling
tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus
beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka
tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk
struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban
hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar
bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap
akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima
kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah
bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai
dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah
mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke
pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah
bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles
atau terjadi gempa tidak mudah roboh.
Struktur dalam kolom dibuat dari
besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan
dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah
material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa
menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
Jenis-Jenis kolom Menurut Wang
(1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada tiga:
1.Kolom ikat (tie column)
2.Kolom spiral (spiral column)
3.Kolom komposit (composite column)
Dalam buku struktur beton bertulang
(Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat
sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan
batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang
tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat
spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan
pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk
heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi
kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga
mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi
momen dan tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit,
merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang
dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan
pokok memanjang.
Kolom Utama adalah kolom yang fungsi
utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah
tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk
menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom
dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan
dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai
ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12
maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm
maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
Kolom Praktis Adalah kolom yang berfungsi
membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil,
jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata,
(sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d
8-20.
Kolom portal harus dibuat terus
menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal
tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat
kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom
portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas
boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas
juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis
lantai, agar pada suatu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.
Prinsip penerusan gaya pada kolom
pondasi adalah balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok
menerima seluruh beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom
pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem
dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk
menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh
ditambah tebalnya.
(sumber : https://www.academia.edu/7479571/Konstruksi_Bangunan)
(sumber : https://www.academia.edu/7479571/Konstruksi_Bangunan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar